Tampang.com | Di tengah maraknya kesadaran akan pentingnya perawatan diri (selfcare), terutama di kalangan wanita, fenomena skincare untuk pria masih seringkali diwarnai dengan pandangan yang kurang lazim atau bahkan dianggap aneh. Stigma yang melekat pada pria yang peduli dengan kesehatan dan penampilan kulitnya berakar pada konstruksi sosial tentang maskulinitas yang telah lama tertanam. Namun, seiring berjalannya waktu dan perubahan norma, pandangan ini perlahan mulai terkikis.
Salah satu alasan utama mengapa skincare untuk pria dianggap aneh adalah adanya stereotip maskulinitas tradisional yang mengasosiasikan perawatan diri, terutama yang melibatkan produk kecantikan, dengan feminitas. Dalam konstruksi ini, pria "sejati" digambarkan sebagai sosok yang kuat, tangguh, dan tidak terlalu peduli dengan penampilan. Menggunakan banyak produk skincare seringkali dianggap sebagai tindakan yang "tidak laki," sehingga menimbulkan rasa malu atau canggung bagi sebagian pria untuk melakukannya secara terbuka.
Selain itu, kurangnya representasi pria dalam industri kecantikan juga turut memperkuat stigma ini. Iklan produk skincare dan majalah kecantikan didominasi oleh wanita, sehingga menciptakan kesan bahwa perawatan kulit adalah ranah eksklusif bagi kaum hawa. Hal ini membuat sebagian pria merasa bahwa produk-produk tersebut bukan untuk mereka atau bahkan memalukan untuk dibeli dan digunakan.
Minimnya edukasi dan informasi yang secara spesifik menargetkan pria mengenai pentingnya skincare juga menjadi faktor penghambat. Banyak pria mungkin tidak menyadari bahwa kulit mereka juga membutuhkan perawatan, sama halnya dengan wanita. Mereka mungkin menganggap bahwa mencuci muka dengan air saja sudah cukup, atau bahkan tidak menyadari adanya produk skincare yang diformulasikan khusus untuk kebutuhan kulit pria yang cenderung lebih tebal dan berminyak.