Melihat seseorang yang masih merokok tapi tetap aktif berolahraga seringkali menimbulkan kebingungan. Bagaimana bisa paru-paru yang terpapar asap rokok masih mampu mendukung aktivitas fisik berat? Pertanyaan ini memang menggelitik, seolah membantah semua peringatan kesehatan tentang bahaya merokok. Namun, kekuatan fisik yang terlihat pada perokok aktif yang berolahraga bukanlah indikasi bahwa merokok itu baik, melainkan cerminan dari beberapa faktor dan sekaligus penyamaran dampak jangka panjang yang sebenarnya.
Adaptasi Tubuh dan Toleransi Awal
Tubuh manusia punya kemampuan luar biasa untuk beradaptasi, bahkan terhadap hal-hal yang merusak seperti asap rokok. Ketika seseorang mulai merokok, tubuh akan mencoba menyesuaikan diri dengan paparan nikotin dan zat kimia lainnya. Pada perokok muda atau mereka yang belum lama merokok, atau yang intensitas merokoknya tidak terlalu tinggi, paru-paru dan sistem kardiovaskular mungkin belum menunjukkan kerusakan parah yang signifikan. Kapasitas paru-paru mungkin sedikit menurun, tapi tidak sampai membuat seseorang langsung ngos-ngosan hanya dengan sedikit aktivitas.
Selain itu, olahraga rutin itu sendiri memang meningkatkan kapasitas fisik dan daya tahan. Seseorang yang secara genetik punya kebugaran dasar yang baik, ditambah dengan latihan teratur, bisa saja masih mampu melakukan aktivitas fisik yang lumayan intens, meskipun dia merokok. Ini bukan berarti rokoknya tidak punya efek, tapi efek negatifnya mungkin "tertutupi" oleh tingkat kebugaran yang dibangun dari olahraga. Kondisi ini sering disebut sebagai toleransi awal, di mana tubuh belum sepenuhnya menunjukkan efek kumulatif dari kebiasaan merokok.