Peneliti, Dr. Ana Nuevo-Chiquero, mengungkapkan bahwa temuan ini menunjukkan hubungan yang kuat antara urutan kelahiran dan hasil pendidikan yang diraih oleh masing-masing anak. Namun, di balik keunggulan yang dimiliki anak pertama, mereka juga harus menghadapi tantangan tersendiri. Dalam jurnal JAMA Ophthalmology, sebuah studi yang dipublikasikan pada tahun 2015 menemukan bahwa anak pertama memiliki risiko hingga 20% lebih tinggi untuk mengembangkan rabun jauh (miopi) dibandingkan dengan adik-adiknya, mungkin karena kurangnya perhatian atau aktivitas fisik yang memadai dari orang tua.
Namun, penting untuk dipahami bahwa kecerdasan anak tidak hanya dipengaruhi oleh urutan kelahiran. Ada banyak faktor lain yang menjadi kunci bagi perkembangan otak dan kecerdasan anak. Pertama, lingkungan yang kaya akan stimulasi sangat penting, terutama pada tahun-tahun awal kehidupannya. Berbagai mainan edukatif, buku, dan aktivitas yang menarik bisa membantu merangsang kreativitas serta kemampuan pemecahan masalah.
Kedua, interaksi serta komunikasi yang aktif antara orang tua dan anak juga memiliki peran vital dalam perkembangan otak. Melakukan percakapan kolaboratif, memberikan perhatian penuh, serta memenuhi kebutuhan emosional anak sangat krusial untuk mengembangkan keterampilan sosial dan bahasa yang baik, yang pada gilirannya berkontribusi pada kepercayaan diri dan kecerdasan.
Ketiga, asupan nutrisi yang tepat juga tidak kalah penting. Makanan yang bergizi mampu mendukung semua aspek pertumbuhan, termasuk perkembangan otak. Nutrisi yang kaya akan asam lemak omega-3, zat besi, zinc, dan berbagai vitamin sangat diperlukan untuk mendukung proses belajar dan perkembangan kognitif.