Menariknya, Dr. Koo juga menekankan bahwa secara historis, di Asia Timur tidak terlalu fokus pada apa yang bisa disebut sebagai identitas agama yang eksklusif. Ia mencontohkan bahwa seseorang yang berkeyakinan Tao, bukan berarti tidak bisa menjadi pengikut Buddha pada saat yang sama, atau pengikut Konghucu. Batas-batas ini jauh lebih tidak jelas sebagaimana di Barat. Konsep ini menunjukkan bahwa perpindahan agama atau bahkan masyarakat yang tidak memeluk agama tertentu merupakan bagian dari sejarah dan nilai-nilai dalam kehidupan beragama di Asia Timur.
Sejarah dan budaya Asia Timur menunjukkan bahwa kemampuan untuk memiliki berbagai identitas dan tradisi adalah sesuatu yang tidak pernah benar-benar hilang di wilayah ini. Sejak abad ke-19, setelah terjadi peningkatan interaksi dengan orang-orang Barat, konsep agama seperti yang kita pahami saat ini dibawa ke Asia Timur. Namun, kemampuan untuk memiliki berbagai identitas dan tradisi adalah sesuatu yang tidak pernah benar-benar hilang di wilayah ini. Hal ini memperkuat gagasan bahwa perpindahan agama dan pluralitas agama memiliki akar yang kuat dalam budaya dan sejarah Asia Timur.