Sementara itu, di Korea Selatan, terdapat peningkatan jumlah penganut agama Kristen sebesar 12%, sedangkan agama Buddha mengalami peningkatan pengikut sebesar 5%. Di Hong Kong, agama Kristen dan Buddha masing-masing mengalami kenaikan penganut sebesar 9% dan 4%. Hal ini menunjukkan bahwa sementara ada yang meninggalkan agama, ada juga yang memilih untuk memeluk agama baru. Hal ini menunjukkan dinamika yang kompleks di dalam kehidupan beragama masyarakat Asia Timur.
Lebih mengejutkan lagi, kelompok terbesar di antara mereka yang mengubah identitas agama adalah orang-orang yang tidak memeluk agama apa pun. Jumlahnya di negara-negara Asia Timur lebih tinggi daripada di belahan dunia lainnya. Sebanyak 37% orang di Hong Kong dan 35% orang di Korea Selatan mengatakan bahwa ini merupakan proses pencarian mereka, dibandingkan dengan 30% di Norwegia atau 20% di Amerika Serikat. Hal ini menunjukkan bahwa agama tidak lagi menjadi hal yang dominan dalam kehidupan masyarakat, dan banyak individu yang memilih untuk tidak memiliki afiliasi agama tertentu.
Dari semua negara yang disurvei, lebih dari separuh orang yang tidak memeluk agama, mengatakan telah mengambil bagian dalam ritual untuk menghormati nenek moyang mereka dalam 12 bulan terakhir. Sebagian besar orang yang disurvei di seluruh wilayah mengatakan bahwa mereka percaya pada Tuhan/Dewa-dewa atau makhluk gaib. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun individu tidak memiliki afiliasi agama tertentu, mereka masih memiliki kepercayaan spiritual yang kuat.
Semua ini tidak mengejutkan bagi Dr Se-Woong Koo, yang merupakan seorang ahli studi agama. Berbicara kepada BBC dari Seoul, ia mengatakan bahwa kemampuan untuk mengambil bagian dari agama-agama yang berbeda selaras dengan sejarah wilayah tersebut. Menurutnya, lebih dari sekadar afiliasi agama, masyarakat Asia Timur cenderung memiliki toleransi yang tinggi terhadap berbagai keyakinan dan tradisi agama.