Permasalahan ini tak hanya terjadi di Turki dan Indonesia. Kondisi serupa juga terlihat di beberapa negara lainnya. Nepal, misalnya, memiliki rasio harga rumah terhadap rata-rata pendapatannya sebesar 59,04%. Sementara itu, negara-negara seperti India, Armenia, Korea Selatan, Peru, Republik Dominika, Brazil, dan Chili juga mengalami tantangan serupa dalam hal ketersediaan rumah yang terjangkau.
Faktor inflasi dan pendapatan rata-rata penduduk juga menjadi faktor penentu dalam peringkat tersebut. Turki menduduki posisi tertinggi karena tingkat inflasi yang diproyeksikan sangat tinggi, mencapai 55% dari tahun ke tahun. Hal ini memberikan dampak yang signifikan terhadap daya beli masyarakat dalam membeli properti.
Sementara itu, Korea Selatan, sebagai negara maju di Asia, juga masuk dalam daftar ini bukan karena inflasi yang tinggi, namun karena harga riil properti yang cukup tinggi. Dengan harga properti mencapai US$10.318,46 per meter persegi, dibandingkan dengan pendapatan rata-rata penduduk yang hanya US$2.221 per bulan atau US$26.653 per tahun, hal ini mencerminkan ketidakseimbangan dalam akses terhadap rumah yang terjangkau bagi masyarakatnya.
Kondisi ini menjadi perhatian serius bagi pemerintah setempat dan lembaga terkait dalam upaya memperbaiki akses terhadap hunian yang layak bagi masyarakat. Ketersediaan rumah yang terjangkau bagi masyarakat merupakan faktor penting dalam memastikan kesejahteraan sosial dan stabilitas ekonomi sebuah negara.