Pendekatan Thatcher terhadap ekonomi tidak hanya terbatas pada privatisasi, tetapi juga melibatkan pengetatan kebijakan moneter untuk mengendalikan inflasi. Dalam menghadapi tingkat inflasi yang tinggi, pemerintahannya menerapkan suku bunga yang tinggi, yang pada gilirannya memicu resesi dan pengangguran di beberapa sektor. Namun, ia berargumen bahwa langkah tersebut diperlukan untuk menstabilkan ekonomi dalam jangka panjang.
Di luar kebijakan ekonomi, Margaret Thatcher juga dikenal atas pandangannya yang kuat dalam hal politik luar negeri. Ia menjalin hubungan erat dengan Amerika Serikat, terutama dengan Presiden Ronald Reagan, dan bersama-sama mengembangkan kebijakan anti-komunisme yang agresif. Dalam konteks Perang Dingin, Thatcher berperan aktif dalam mendukung NATO dan memperkuat pertahanan Inggris, serta menentang Uni Soviet. Pendekatannya yang tegas terhadap musuh-musuh politik sering dipuji oleh pendukungnya tetapi juga mengundang kritik dari lawan politik.
Meskipun banyak dari kebijakan yang diterapkan oleh Margaret Thatcher membawa perubahan signifikan bagi Inggris, warisannya tetap menjadi subjek perdebatan. Pendukungnya memandangnya sebagai pemimpin yang visioner dan berani yang berhasil mengubah Inggris menjadi lebih kompetitif di panggung global. Sebaliknya, para kritikusnya menilai dampak sosial dari kebijakan ekonomi liberal tersebut berkontribusi pada peningkatan kesenjangan sosial.