Di tengah kekacauan ekonomi global dan meningkatnya ketegangan geopolitik, emas kembali menunjukkan tajinya sebagai aset safe haven. Dalam minggu kedua Oktober 2025, harga emas dunia resmi menembus rekor baru, mencapai USD 2.450 per troy ounce, melampaui rekor sebelumnya yang sempat tercapai pada awal 2023.
Kenaikan ini bukan terjadi tanpa alasan. Kombinasi krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat, ketegangan di Timur Tengah, serta perlambatan ekonomi China menciptakan badai ketidakpastian yang memicu pelarian modal ke aset yang dianggap paling aman selama ribuan tahun: emas.
Emas: Pemenang di Tengah Ketidakpastian
Di saat pasar saham terguncang, obligasi pemerintah AS kehilangan daya tarik, dan mata uang utama bergejolak, emas justru tampil sebagai “penyelamat” portofolio. Lonjakan harga emas kali ini bahkan disebut sebagai salah satu reli paling signifikan dalam dua dekade terakhir.
Kenaikan ini didorong oleh tiga faktor utama:
-
Ketidakstabilan politik dan ekonomi di Amerika Serikat, termasuk kemungkinan gagal bayar utang pemerintah akibat kebuntuan politik di Kongres.
-
Ketegangan geopolitik yang meningkat, terutama konflik antara Israel dan kelompok bersenjata di Timur Tengah, serta gesekan antara China dan Taiwan yang terus memanas.
-
Tingginya permintaan fisik dari bank sentral, terutama negara-negara berkembang yang terus meningkatkan cadangan emas mereka untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS.
Krisis di AS: Dari Resesi Hingga Ancaman Shutdown
Salah satu pemicu utama kenaikan harga emas adalah ketidakpastian politik dalam negeri Amerika Serikat. Pemerintah federal kembali terancam shutdown karena belum disepakatinya anggaran negara. Ditambah lagi, inflasi yang masih tinggi dan suku bunga The Fed yang stagnan membuat pasar semakin gugup.
Dolar AS, yang biasanya menjadi aset pelarian utama, justru melemah terhadap sejumlah mata uang utama lainnya. Para investor global pun mulai kehilangan kepercayaan dan beralih ke emas sebagai aset lindung nilai terhadap ketidakpastian.