Direktur Keuangan PT Sri Rejeki Isman (Sritex) Weilly Salam memberikan informasi terbuka tentang kondisi sulit yang dihadapi perusahaan di tengah isu ancaman bangkrut. Weilly mengungkapkan bahwa kondisi industri tekstil saat ini tidak stabil. Salah satu penyebabnya adalah dampak dari kondisi geopolitik serta banjir produk murah asal China di pasar tekstil global.
Menurut Weilly, terjadinya perang Rusia-Ukraina dan konflik Israel-Palestina telah mengganggu rantai pasokan dan menurunkan ekspor karena adanya perubahan prioritas konsumen di Eropa maupun Amerika Serikat. Hal ini berdampak langsung pada penjualan produk tekstil Sritex.
Disamping itu, masalah over supply produk tekstil dari China juga mempengaruhi pasar global. Harga produk tekstil China yang terlalu rendah menciptakan situasi dumping, terutama di negara-negara di luar Eropa dan China, termasuk Indonesia, yang memiliki peraturan impor yang kurang ketat. Akibatnya, penjualan produk Sritex belum pulih hingga saat ini.
Walaupun demikian, Weilly menegaskan bahwa perusahaan masih tetap beroperasi dengan tetap memperhatikan keberlangsungan usaha serta operasional menggunakan dana internal perusahaan maupun dukungan dari pihak sponsor. Selain itu, ia juga membantah rumor tentang ancaman bangkrut yang menimpa Sritex. Weilly menegaskan bahwa perusahaan tidak akan dinyatakan pailit pada tahun 2023.
Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa pihak perusahaan telah meminta keringanan kewajiban keuangan (pokok dan bunga) kepada kreditur. Sebagian besar kreditur telah menyetujui permohonan tersebut, sehingga Sritex masih dapat menjalankan operasionalnya dengan lebih baik.