Sikap hawkish The Fed yang menyebabkan kenaikan imbal hasil (yield) obligasi Amerika Serikat (AS) menjadi salah satu faktor yang mendorong penurunan IHSG dan aksi jual asing. Selain itu, potensi defisit fiskal yang melebar disertai dengan rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang semakin mendekati 50% juga menjadi perhatian.
Belum lama ini, Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Anggota Bidang Keuangan Tim Gugus Tugas Sinkronisasi Pemerintahan Thomas Djiwandono mengadakan konferensi pers terkait Kondisi Fundamental Ekonomi Terkini dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025. Mereka menegaskan bahwa pemerintah akan menjalankan APBN 2025 secara prudent dengan menetapkan ambang defisit maksimal 3% PDB serta rasio utang terhadap PDB sebesar 60%.
Dalam konferensi tersebut, pemerintah mulai mencari langkah yang tepat untuk memperbaiki kondisi pasar keuangan domestik. Hal ini bertujuan agar pasar saham Indonesia dapat kembali menarik minat investor, baik domestik maupun asing, sehingga dapat memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Dari dua bursa saham yang menjadi primadona ini, terlihat bahwa investor asing mulai melirik lebih dalam untuk mendapatkan keuntungan lebih besar. Perkembangan keduanya patut diikuti dengan ketat.