Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi Sadewa, menyatakan optimisme bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai 5,7 persen pada tahun 2026, didorong oleh penguatan daya beli masyarakat melalui penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT) serta kebijakan fiskal yang akomodatif.
Dalam pernyataannya di sela Forum Ekonomi Nasional di Jakarta, Purbaya menekankan bahwa kombinasi antara stimulus sosial dan stabilitas sistem keuangan mampu memperkuat konsumsi domestik yang selama ini menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi Indonesia.
“Tambahan BLT pada triwulan pertama dan kedua tahun depan diperkirakan akan meningkatkan daya beli masyarakat bawah, yang secara langsung berdampak pada peningkatan konsumsi rumah tangga,” ujar Purbaya.
BLT sebagai Instrumen Pemulihan Ekonomi
Pemerintah telah merancang penambahan alokasi BLT untuk tahun 2026 sebagai bagian dari program perlindungan sosial dan upaya menjaga momentum pemulihan ekonomi pascapandemi dan tekanan global. Program ini tidak hanya menyasar keluarga miskin, tetapi juga pekerja sektor informal, buruh harian, dan pelaku UMKM terdampak.
Skema bantuan langsung ini dirancang lebih adaptif dan tepat sasaran, memanfaatkan data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS) dan teknologi digital dalam penyalurannya, sehingga mampu menjangkau lebih banyak penerima secara cepat dan efisien.
Menurut Purbaya, dampak BLT terhadap pertumbuhan ekonomi bukan hanya bersifat jangka pendek, tetapi juga menciptakan multiplier effect ke berbagai sektor, terutama sektor ritel, transportasi, dan logistik.
Konsumsi Rumah Tangga: Penggerak Utama
Dalam struktur Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, konsumsi rumah tangga menyumbang lebih dari 50 persen. Dengan demikian, setiap kebijakan yang dapat memperkuat konsumsi akan memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.