Purbaya juga mendorong agar perluasan jangkauan program BLT disertai dengan upaya peningkatan literasi keuangan masyarakat, terutama penerima manfaat. Tujuannya adalah agar dana yang diterima tidak hanya habis untuk konsumsi jangka pendek, tetapi juga bisa digunakan untuk kebutuhan produktif, seperti modal usaha kecil atau pendidikan anak.
LPS juga berencana memperkuat edukasi publik melalui kerja sama dengan bank-bank penyalur dan lembaga keuangan mikro, sehingga masyarakat semakin melek dalam mengelola dana bantuan yang diterima.
Dukungan Kebijakan dan Reformasi Struktural
Di luar BLT, Purbaya menekankan pentingnya sinergi kebijakan antarinstansi dan pelaksanaan reformasi struktural yang konsisten, khususnya di sektor tenaga kerja, perizinan investasi, dan penguatan sektor industri dalam negeri.
Ia percaya bahwa pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan hanya bisa dicapai apabila ada keberpihakan pada sektor riil dan masyarakat bawah, disertai birokrasi yang efisien.
Momentum Harus Dimanfaatkan
Dengan tambahan BLT sebagai pemicu daya beli dan konsumsi masyarakat, serta dukungan sistem keuangan yang stabil, Purbaya optimistis Indonesia bisa meraih pertumbuhan ekonomi 5,7 persen pada tahun 2026. Target ini lebih tinggi dari rata-rata proyeksi lembaga internasional dan mencerminkan kepercayaan terhadap kekuatan domestik Indonesia.
“Momentum ini harus dimanfaatkan. Jangan sampai bantuan hanya jadi angka di APBN. Ia harus hadir sebagai penggerak ekonomi, pemberdaya masyarakat, dan penyambung harapan,” pungkas Purbaya.