Tampang

Bangkitkan Sagu dan Singkong: Solusi Strategis Reduksi Impor Gandum

20 Mei 2025 22:21 wib. 6
0 0
Bapak John, saat menunjukkan ulat sagu yang didapatkan dari pohon sagu yang ada di Kampung Yoboi, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, Jumat (26/7/2024).(KOMPAS.COM/Roberthus Yewen)
Sumber foto: Kompas.com

Tampang.com | Indonesia dikenal sebagai negeri agraris yang kaya akan sumber daya alam, terutama bahan pangan lokal seperti sagu dan singkong. Namun ironisnya, sekitar 99 persen kebutuhan tepung terigu nasional masih bergantung pada impor gandum dari negara-negara seperti Australia, Kanada, dan Ukraina. Pada 2024 saja, volume impor gandum mencapai lebih dari 11,7 juta ton, dengan nilai fantastis sekitar 3,5 miliar dollar AS atau Rp 58 triliun (data BPS).

Ketergantungan ini tak hanya menimbulkan risiko ekonomi akibat fluktuasi harga global dan gangguan rantai pasok, tetapi juga mengabaikan potensi besar bahan pangan lokal yang lebih ramah lingkungan, berkelanjutan, dan sebenarnya sudah tersedia di dalam negeri.

Potensi Terlupakan: Sagu dan Singkong

Indonesia menyimpan sekitar 5,5 juta hektar dari total 6,5 juta hektar lahan sagu di dunia. Sementara itu, singkong ditanam di lebih dari 600.000 hektar lahan dengan produksi mencapai lebih dari 16 juta ton, menjadikan Indonesia produsen ubi kayu terbesar keempat di dunia. Sayangnya, kedua sumber daya ini belum dioptimalkan secara maksimal untuk menggantikan posisi dominan tepung terigu dalam industri pangan.

Sagu mengandung sekitar 83 gram karbohidrat per 100 gram dan memiliki indeks glikemik (IG) yang sangat rendah, hanya sekitar 28. Ini menjadikannya ideal untuk diet sehat dan penderita diabetes. Tapioka dari singkong, meski memiliki IG tinggi (~85), bebas gluten dan kaya energi. Keduanya dapat diolah menjadi aneka makanan modern—mulai dari mi, roti, hingga kue-kue bebas gluten.

<123>

#HOT

0 Komentar

Belum ada komentar di artikel ini, jadilah yang pertama untuk memberikan komentar.

BERITA TERKAIT

BACA BERITA LAINNYA

POLLING

Dampak PPN 12% ke Rakyat, Positif atau Negatif?