Sebuah tragedi yang mengguncang hati publik terjadi di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta, dimana seorang taruna tewas akibat dianiaya oleh senior-seniornya. Kejadian tersebut menunjukkan bahwa tradisi kekerasan di lingkungan pendidikan masih kerap terjadi, dan menyisakan duka yang mendalam bagi keluarga korban serta seluruh warga STIP Jakarta.
Menurut laporan yang diterima, korban, yang merupakan salah seorang taruna STIP Jakarta, diduga telah dipukul lima kali oleh senior-senior nya sebagai bagian dari "tradisi" yang dilakukan di lingkungan sekolah. Ini membawa dampak yang mengerikan, yaitu peristiwa kematian tragis yang seharusnya tidak boleh terjadi.
Kejadian ini menimbulkan kekhawatiran yang mendalam, karena menunjukkan bahwa kekerasan dalam tradisi "pembentukan karakter" masih menjadi masalah yang harus diperhatikan dengan serius. Tindakan kekerasan seperti ini telah merenggut nyawa seorang taruna, merampas masa depan yang seharusnya cerah, dan menjadikan keluarga korban harus meratapi kehilangan yang begitu tragis.
STIP Jakarta sendiri seharusnya menjadi tempat yang menjunjung tinggi disiplin, etika, dan pembinaan karakter yang sehat bagi para tarunanya. Namun, kejadian seperti ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai pengawasan terhadap aktivitas senior terhadap junior di lingkungan sekolah. Manakala tradisi yang semestinya menyehatkan, justru berubah menjadi momok yang menakutkan bagi kehidupan para taruna.