Tampang

Apa Itu Anchoring Bias dalam Dunia Ekonomi dan Bisnis?

28 Agu 2025 14:03 wib. 39
0 0
Bias
Sumber foto: Canva

Mengambil keputusan, kita sering merasa sudah berpikir secara rasional dan objektif. Namun, kenyataannya, pikiran kita bisa dipengaruhi oleh berbagai bias kognitif tanpa disadari. Salah satu bias yang paling kuat dan sering kita jumpai dalam dunia ekonomi dan bisnis adalah anchoring bias, atau bias jangkar. Ini adalah kecenderungan untuk terlalu mengandalkan potongan informasi pertama yang diterima (jangkar) saat membuat keputusan, bahkan jika informasi tersebut tidak relevan atau tidak akurat. Informasi awal ini menjadi "jangkar" yang menarik semua pertimbangan berikutnya ke arahnya, sehingga mengaburkan penilaian yang seharusnya objektif.

Psikologi di Balik Anchoring Bias

Anchoring bias pertama kali dipopulerkan oleh psikolog Daniel Kahneman dan Amos Tversky. Mereka menunjukkan bahwa pikiran manusia cenderung mencari jalan pintas mental (heuristic) untuk memproses informasi dengan cepat. Ketika dihadapkan pada ketidakpastian, otak akan mencari titik referensi yang mudah dijangkau, dan sering kali titik referensi itu adalah informasi pertama yang masuk.

Sebagai contoh sederhana, bayangkan sedang membeli sebuah laptop. Penjual menyebutkan harga awal Rp 20 juta. Meskipun tahu harga itu kemahalan, pikiran kita akan menjadikan Rp 20 juta sebagai jangkar. Saat penjual menawarkan diskon menjadi Rp 15 juta, kita cenderung melihatnya sebagai "murah" atau "diskon besar" karena perbandingannya dengan angka awal yang sangat tinggi, padahal mungkin harga wajar laptop itu di pasar sebenarnya hanya Rp 13 juta. Harga awal Rp 20 juta itu telah "menjangkar" persepsi nilai kita, membuat tawaran Rp 15 juta terlihat jauh lebih menarik daripada seharusnya.

Penerapan dalam Dunia Bisnis dan Pemasaran

Dunia bisnis dan pemasaran adalah ladang subur bagi penerapan anchoring bias. Para profesional tahu betul bagaimana memanfaatkan bias ini untuk memengaruhi keputusan konsumen.

Strategi Harga: Ini adalah contoh paling umum. Sebuah produk baru sering dipajang dengan harga "normal" yang tinggi, kemudian diberi label "diskon" dengan harga yang lebih rendah. Misalnya, sebuah baju dengan harga asli Rp 500.000 dicoret dan ditulis harga diskon Rp 250.000. Harga Rp 500.000 itu berfungsi sebagai jangkar, membuat konsumen merasa mendapatkan tawaran yang sangat menguntungkan, meskipun harga Rp 250.000 mungkin sudah mencakup margin keuntungan yang besar.

<123>

#HOT

0 Komentar

Belum ada komentar di artikel ini, jadilah yang pertama untuk memberikan komentar.

BERITA TERKAIT

BACA BERITA LAINNYA

Empat Sehat Lima Sempurna
0 Suka, 0 Komentar, 27 Mei 2024

POLLING

Dampak PPN 12% ke Rakyat, Positif atau Negatif?