Penawaran Paket (Bundling): Perusahaan sering menggabungkan beberapa produk menjadi satu paket dengan harga yang terlihat lebih murah. Misalnya, membeli laptop, mouse, dan tas secara terpisah totalnya Rp 15 juta, sementara harga paketnya hanya Rp 13,5 juta. Harga total terpisah Rp 15 juta itu menjadi jangkar yang membuat harga paket terasa lebih menguntungkan.
Negosiasi Gaji: Anchoring bias juga sangat relevan dalam negosiasi gaji. Kandidat yang menyebutkan angka gaji yang lebih tinggi di awal negosiasi cenderung mendapatkan penawaran gaji akhir yang lebih tinggi. Angka awal yang mereka sebutkan menjadi jangkar bagi perusahaan, dan semua penawaran berikutnya akan berkisar di sekitar angka tersebut.
Penjualan Properti dan Mobil: Agen properti atau penjual mobil sering memulai dengan harga yang lebih tinggi dari nilai pasar sebenarnya. Harga awal ini menempatkan jangkar yang membuat tawaran negosiasi yang lebih rendah dari harga awal terasa seperti pencapaian bagi pembeli, padahal harga yang disepakati mungkin masih lebih tinggi dari yang seharusnya.
Pengaruhnya pada Pengambilan Keputusan Strategis
Anchoring bias tidak hanya memengaruhi keputusan konsumen individu, tetapi juga memengaruhi para profesional bisnis dalam mengambil keputusan strategis yang lebih besar.
Penilaian Proyek Investasi: Ketika mengevaluasi sebuah proyek, manajer seringkali terlalu fokus pada angka-angka perkiraan awal, seperti biaya proyek atau proyeksi pendapatan. Angka awal ini bisa menjadi jangkar yang membuat mereka mengabaikan data baru yang lebih relevan atau bahkan mengabaikan risiko yang tidak terduga. Ini bisa berujung pada investasi yang buruk.
Perkiraan Biaya: Saat merencanakan anggaran, perkiraan biaya awal seringkali menjadi jangkar yang kuat. Tim cenderung menyesuaikan anggaran di sekitar angka awal ini, bahkan ketika ada bukti baru yang menunjukkan bahwa biaya sebenarnya akan jauh lebih tinggi. Hal ini dapat menyebabkan pembengkakan anggaran (budget overrun) yang signifikan.