Perkembangan perbankan di Indonesia saat ini sedang dalam fokus yang tidak hanya memantau kegiatan persaingan bisnis dan strategi untuk menghimpun dana murah atau CASA, melainkan juga bagaimana bank-bank mampu bertahan di tengah tren suku bunga tinggi. Tren higher for longer dalam suku bunga membuat beban bunga yang harus ditanggung oleh para bank semakin memberatkan, bahkan melonjak hingga 40% pada kuartal pertama 2024 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Tantangan tersebut membuat perbankan di Indonesia harus merelakan pertumbuhan laba yang tergerus akibat menanggung beban bunga yang semakin berat. Selain itu, akselerasi kredit pun menjadi terbatas, sehingga perlu adanya strategi yang tepat untuk menghadapi kondisi ini.
Salah satu strategi yang diambil oleh perbankan adalah menghimpun dana murah atau CASA. Tujuan utamanya adalah agar tetap menjaga likuiditas tanpa mengorbankan laba perusahaan. Dana murah atau CASA sendiri merupakan instrumen tabungan atau giro yang tidak memberikan bunga kepada nasabah yang menabung atau menyimpan dana di bank. Kontras dengan deposito yang memberikan bunga kepada nasabah, deposito dianggap sebagai dana mahal, terutama ketika bunga deposito mengikuti tren suku bunga tinggi sehingga memberikan beban bunga yang lebih besar bagi bank.