Data menunjukkan bahwa anak-anak di era digital seperti sekarang ini lebih suka menghabiskan waktu di media sosial, dan tanpa pengawasan yang ketat, paparan mereka terhadap konten berbahaya menjadi semakin tinggi. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang sering terpapar konten negatif di media sosial cenderung mengalami peningkatan masalah kesehatan mental, termasuk kecemasan dan depresi.
Dengan situasi ini, TikTok dan platform lain merasa terpaksa untuk bersuara dan memperjuangkan keadilan dalam perlakuan terhadap semua jenis media sosial. Merekalah yang berkecimpung langsung di dalam industri ini dan memahami dampak dari kebijakan yang ada. Tuntutan akan kesetaraan ini nampaknya tidak hanya menjadi suara TikTok semata, namun telah menjadi seruan kolektif dalam dunia teknologi modern.
Sebagai bagian dari dinamika sosial yang berkembang, penting untuk mencermati reaksi berbagai pihak terhadap kebijakan tersebut. Ini menunjukkan betapa kompleksnya masalah yang dihadapi oleh orang tua, anak-anak, dan perusahaan teknologi dalam menjaga keamanan sambil tetap memberi kesempatan pada anak-anak untuk belajar dan berkembang dalam dunia digital yang kian maju.
Dengan semua perdebatan ini, masa depan peraturan media sosial di Australia, serta di seluruh dunia, akan sangat menarik untuk disimak. Apakah pemerintah akan mendengarkan suara-suara dari berbagai pihak ini? Bagaimana dampaknya terhadap kebijakan lebih luas dalam mengatur penggunaan media sosial oleh anak-anak? Semua pertanyaan ini masih menggantung, menunggu jawaban dari pengambil kebijakan yang mempunyai tanggung jawab untuk melindungi generasi muda.