Konflik antara Iran dan Israel kembali memanas, dengan laporan bahwa pada Jumat malam, 13 Juni, Iran meluncurkan serangan udara balasan yang berhasil menghantam sistem pertahanan udara milik Israel, Iron Dome. Insiden ini langsung menarik perhatian dunia internasional. Bagaimana bisa sistem pertahanan yang disebut-sebut sebagai salah satu yang tercanggih di dunia berhasil ditembus?
Insiden ini memicu pertanyaan penting: Apa sebenarnya Iron Dome? Seberapa efektif sistem ini dalam melindungi Israel dari ancaman rudal dan roket? Dan, apakah kelemahannya mulai terkuak di tengah eskalasi konflik di Timur Tengah?
Iron Dome: "Kubah Besi" yang Lindungi Langit Israel
Iron Dome, atau Kippat Barzel dalam bahasa Ibrani, merupakan sistem pertahanan udara jarak pendek yang beroperasi dalam segala cuaca. Sistem ini mulai digunakan secara penuh sejak Maret 2011. Tujuan utamanya adalah menangkal serangan roket dan mortir yang ditembakkan ke wilayah Israel, terutama dari jarak dekat.
Sistem ini bekerja secara mobile, artinya dapat dipindahkan sesuai kebutuhan taktis. Israel Ministry of Defense menyebut Iron Dome telah mengalami peningkatan signifikan sejak awal peluncurannya, dan hingga kini berhasil menggagalkan ribuan serangan udara yang menargetkan pemukiman warga dan fasilitas strategis.
Iron Dome dikembangkan oleh perusahaan pertahanan milik pemerintah Israel, Rafael Advanced Defense Systems, dan didanai secara besar-besaran oleh pemerintah Amerika Serikat. Dukungan finansial dari Washington tetap mengalir hingga kini, sebagai bagian dari kerja sama pertahanan strategis kedua negara.
Begini Cara Kerja Iron Dome: Presisi dan Efisiensi
Sistem ini mengandalkan radar canggih untuk mendeteksi roket yang diluncurkan ke arah Israel. Radar ini secara cepat menganalisis lintasan proyektil dan menentukan apakah ancaman itu akan jatuh di area penting atau sekadar di tempat terbuka yang tidak berpenghuni.