Menurut Center for European Policy Analysis (CEPA), lembaga think tank yang berbasis di AS, Iron Dome menjadi kurang efektif ketika berhadapan dengan serangan beruntun dari berbagai titik. Pernyataan ini didasarkan pada simulasi dan kejadian nyata, seperti yang terjadi pada konflik dengan kelompok militan di Gaza pada 2021.
Serangan balasan Iran baru-baru ini pun menjadi indikasi bahwa potensi kelemahan ini mulai terekspos, apalagi jika lawan memiliki persenjataan dengan daya jelajah lebih jauh dan peluncur yang tersebar luas.
Konklusi: Iron Dome Masih Jadi Pilar Pertahanan, Tapi Waspada Evolusi Ancaman
Iron Dome selama ini menjadi benteng utama Israel dari serangan roket jarak pendek, dan reputasinya sudah mendunia. Namun, konflik terbaru dengan Iran menjadi pengingat bahwa tidak ada sistem pertahanan yang benar-benar kedap terhadap inovasi dan strategi musuh.
Seiring dengan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, penting bagi Israel dan sekutunya untuk terus memperbarui sistem ini, baik dari sisi teknologi maupun strategi penggunaan. Apalagi dalam era peperangan modern yang semakin kompleks dan tak terduga.
Dalam geopolitik, teknologi canggih hanyalah satu bagian dari kemenangan. Adaptasi terhadap dinamika ancaman dan kecepatan respons menjadi kunci utama kelangsungan pertahanan