Jika roket terdeteksi mengarah ke wilayah vital—seperti kota besar atau instalasi militer—maka sistem akan meluncurkan misil pencegat bernama Tamir untuk menghancurkan roket di udara sebelum mencapai target. Sebaliknya, jika roket dinilai tidak membahayakan, Iron Dome tidak akan membuang misilnya secara sia-sia. Pendekatan ini disebut sangat efisien dan menghemat biaya operasional.
Menurut laporan dari Congressional Research Service tahun 2023, Iron Dome dikategorikan sebagai sistem pertahanan anti-roket, anti-artileri, dan anti-mortir dengan jangkauan intersepsi 4–70 kilometer.
Kekuatan dan Kapasitas Iron Dome
Israel diperkirakan memiliki sekitar 10 baterai Iron Dome yang tersebar di berbagai lokasi strategis. Satu baterai mampu melindungi wilayah hingga 155 kilometer persegi dan umumnya terdiri dari tiga hingga empat peluncur. Masing-masing peluncur membawa hingga 20 misil Tamir, menjadikan total kapasitas per baterai mencapai sekitar 80 misil.
Namun, efektivitas sistem ini harus dibayar mahal. Menurut Center for Strategic and International Studies (CSIS), satu baterai Iron Dome memerlukan dana lebih dari US$100 juta atau sekitar Rp1,6 triliun. Sejak peluncurannya pada 2011, pemerintah AS telah menggelontorkan miliaran dolar AS untuk pengadaan, perawatan, dan peningkatan Iron Dome—dengan dukungan bipartisan dari Kongres AS.
Kelemahan Iron Dome: Tak Sempurna, Tetap Bisa Ditembus
Meskipun sangat canggih dan terbukti efektif dalam banyak insiden, Iron Dome bukan tanpa kelemahan. Beberapa analis pertahanan mengingatkan bahwa sistem ini rentan terhadap serangan simultan berskala besar, atau yang dikenal dengan istilah "saturation attack".
Dalam skenario ini, musuh meluncurkan puluhan hingga ratusan roket secara bersamaan dari berbagai arah dengan tujuan membanjiri kemampuan deteksi dan pencegatan sistem Iron Dome. Ketika jumlah roket melebihi kapasitas tanggapan Iron Dome, beberapa di antaranya dapat lolos dan menghantam target di darat.