Mereka menekankan bahwa strategi alternatif seharusnya fokus pada pencegahan dominasi Tiongkok di pasar global, tapi tetap menjaga kemampuan perusahaan teknologi Amerika untuk berkembang dan bersaing secara sehat.
Tiga Tier Akses: Mengapa Mitra Seperti Israel Tidak Masuk Daftar Istimewa?
Salah satu aspek paling kontroversial dari aturan baru ini adalah sistem klasifikasi negara dalam tiga tier atau kelompok. Hanya 18 negara yang berhasil masuk ke Tier 1, yang memungkinkan mereka mengakses chip AI AS dengan persyaratan yang relatif ringan. Namun, bahkan dalam kelompok ini, regulasi penjualan dinilai terlalu rumit dan memberatkan proses bisnis.
Lebih lanjut, para senator mempertanyakan mengapa beberapa negara sekutu utama Amerika seperti Israel tidak dimasukkan ke dalam Tier 1. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa pendekatan yang terlalu birokratis justru akan mengacaukan kerja sama strategis dan membuka celah bagi negara lain, terutama China, untuk mengisi kekosongan tersebut.
Mayoritas Dunia di Tier 2: Risiko Lari ke Pelukan China
Sebagian besar negara di dunia saat ini diklasifikasikan ke dalam Tier 2. Negara-negara di tier ini masih memiliki akses ke chip AI, namun harus melalui prosedur perizinan yang panjang dan kompleks. Menurut para senator, aturan seperti ini justru membuat negara-negara mitra mempertimbangkan ulang kerja sama dengan AS dan berpaling ke China, yang menawarkan persyaratan lebih longgar dan harga lebih kompetitif.
Sementara itu, negara dalam Tier 3, seperti China, sepenuhnya dilarang mengakses chip AI asal Amerika. Meski langkah ini dinilai tepat sasaran, namun terlalu banyak hambatan di tier lainnya dapat mengganggu kestabilan rantai pasokan teknologi global dan memperlemah posisi AS sebagai pemimpin AI dunia.
Perpecahan Internal Partai Republik: Ketegangan Semakin Terbuka
Menariknya, surat ini juga mencerminkan adanya perbedaan pandangan di dalam tubuh Partai Republik itu sendiri. Di satu sisi, sebagian pihak menginginkan relaksasi aturan agar industri teknologi domestik tetap kompetitif. Di sisi lain, ada kelompok yang mendukung pembatasan ketat demi mencegah transfer teknologi ke negara-negara pesaing seperti China.