Konten yang Ditemukan: Dari Judol hingga Potensi Pelanggaran Hak Cipta
Fokus utama Kemkomdigi dalam kasus ini adalah konten perjudian online dan pornografi yang dengan jelas melanggar ketentuan dalam UU Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Konten seperti itu dianggap sebagai ancaman serius, terlebih dalam jangka panjang dapat merusak generasi muda. Alexander menyampaikan bahwa tanggung jawab Kemkomdigi adalah menjaga ruang digital agar tidak menjadi lahan subur bagi penyebaran konten destruktif.
Selain itu, ditemukan pula konten yang berpotensi melanggar hak cipta. Sebagai arsip digital, Internet Archive menyimpan jutaan dokumen seperti buku, film, musik, dan perangkat lunak. Namun, tidak semua konten tersebut jelas status izinnya. Hal ini berisiko menimbulkan pembajakan digital yang merugikan pelaku industri kreatif lokal. Pemerintah Indonesia, menurut Alexander, memiliki tanggung jawab melindungi karya anak bangsa agar tidak dieksploitasi tanpa izin.
“Jika ada karya kreatif dari dalam negeri yang disimpan tanpa izin, itu berarti merugikan penciptanya. Negara tidak bisa diam saja,” tegas Alexander.
Pemblokiran Bersifat Sementara dan Bertujuan Membangun Dialog
Alexander menegaskan bahwa pemblokiran ini tidak bersifat permanen. Bila Internet Archive mampu membersihkan konten melanggar dan memperkuat sistem moderasi mereka, maka akses terhadap layanan ini dapat dibuka kembali. Tujuan utama pemblokiran adalah membangun komunikasi yang sebelumnya buntu, serta menegaskan posisi Indonesia dalam diplomasi digital.
Ia menyebut bahwa praktik pemblokiran digital bukan hal baru di ranah global. Negara-negara seperti Tiongkok, Rusia, India, dan Turki juga pernah menerapkan pembatasan akses terhadap Internet Archive dengan alasan serupa: pelanggaran konten dan ketidakpatuhan terhadap regulasi nasional.