Israel merasa perlu penguatan lebih di bidang angkatan udara. Sehingga, langsung memanfaatkan peluang yang ada untuk bertransaksi dengan AS. Pengiriman pesawat untuk angkatan udara Israel itu bakal berlangsung secara bertahap pada 2028. Kesepakatan dagang alutsista itu terjadi di tengah jeritan warga Palestina akibat gempuran Israel dalam beberapa waktu terakhir. Sudah lebih dari 36.500 warga Palestina yang terbunuh di Gaza.
Selain itu, pembelian jet tempur F-35 juga menjadi bagian dari komitmen Israel untuk menjaga hubungan yang kuat dengan Amerika Serikat. Sebagai sekutu dekat, Israel telah menerima dukungan militer yang signifikan dari AS, termasuk dalam bentuk bantuan militer dan transfer teknologi militer. Keputusan untuk membeli pesawat F-35 yang diproduksi oleh perusahaan Amerika Serikat, Lockheed Martin, juga mencerminkan hubungan bilateral yang erat antara kedua negara.
Namun, keputusan Israel untuk memborong 25 jet tempur F-35 juga menarik perhatian dari pihak-pihak terkait di kawasan Timur Tengah. Beberapa negara, termasuk Iran dan sekutunya, mengkritik langkah ini sebagai upaya Israel untuk memperkuat dominasinya di kawasan tersebut, yang dapat menciptakan ketegangan lebih lanjut di kawasan yang sudah tegang ini. Di sisi lain, sekutu-sekutu Israel, seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa, memberikan dukungan dan pemahaman terhadap keputusan ini, dengan alasan perlunya Israel untuk memperkuat pertahanan nasionalnya di tengah ancaman yang ada.