Apple Alihkan Produksi: India, Vietnam, dan Thailand Jadi Alternatif
Menanggapi ketidakpastian geopolitik yang terus berlangsung, Apple secara perlahan mulai memindahkan sebagian fasilitas produksinya ke negara lain. India menjadi pilihan utama dan kini telah menjadi basis produksi iPhone terbesar kedua setelah China. Selain India, Apple juga menggandeng Vietnam dan Thailand sebagai lokasi alternatif untuk menjaga stabilitas produksi global.
Langkah ini bukan tanpa alasan. Diversifikasi lokasi produksi dinilai sebagai strategi krusial untuk menghindari risiko geopolitik, gangguan rantai pasok, serta tekanan tarif yang tidak menentu. Bahkan, data bea cukai mencatat peningkatan ekspor komponen smartphone dari China ke India naik hampir empat kali lipat dibandingkan tahun lalu. Ini mencerminkan betapa seriusnya Apple dalam memindahkan pusat produksinya ke luar China.
Titik Terendah Sejak 2011: Sinyal Bahaya Industri Smartphone?
Penurunan ekspor smartphone China ke AS pada bulan lalu bukanlah angka sembarangan. Ini merupakan level terendah sejak April 2011—suatu masa ketika smartphone belum mendominasi kehidupan modern seperti saat ini. Banyak analis memandang tren ini sebagai peringatan keras bagi industri teknologi, terutama bagi perusahaan-perusahaan yang menggantungkan nasibnya pada produksi lintas negara.
Tak hanya merugikan China sebagai produsen, penurunan ini juga dapat mengganggu ekosistem teknologi secara global. Amerika Serikat, yang mengandalkan produk-produk teknologi dari Asia Timur, kini harus berpikir ulang tentang ketergantungannya pada negara-negara tertentu dalam rantai pasokan.
Ketegangan Belum Usai: Sanksi Baru dan Ancaman Lanjutan
Meskipun perjanjian di Jenewa telah memberi jeda 90 hari dalam pemberlakuan tarif tinggi, tensi antara AS dan China belum sepenuhnya mereda. Pemerintah China baru-baru ini menuduh AS melanggar kesepakatan dengan kembali menjatuhkan sanksi, kali ini kepada perusahaan-perusahaan yang menggunakan chip AI buatan Huawei.