Sementara itu, di Amerika Serikat, peningkatan penjualan bisa jadi dipicu oleh kekhawatiran terhadap kemungkinan kenaikan tarif pada produk impor dari China. Situasi ini membuat konsumen berlomba-lomba membeli iPhone sebelum harga naik lebih tinggi, akibat kebijakan dagang pemerintah yang tidak menentu.
Lam menegaskan bahwa meskipun saat ini pertumbuhan terlihat menjanjikan, penting untuk dicermati apakah strategi diskon dan ketakutan terhadap tarif dapat dipertahankan untuk menjaga momentum positif hingga kuartal-kuartal mendatang.
Teknologi AI Belum Jadi Penentu Utama Pembelian iPhone
Analis lain, Jeff Fieldhack, juga menyampaikan pandangannya terkait fenomena ini. Ia mengatakan bahwa lonjakan permintaan terhadap iPhone, baik di Tiongkok maupun AS, menunjukkan bahwa faktor-faktor seperti teknologi AI (Artificial Intelligence) saat ini belum menjadi penentu utama dalam pengambilan keputusan konsumen.
Menurut Fieldhack, konsumen iPhone saat ini masih lebih tertarik untuk memperbarui perangkat mereka berdasarkan fitur dasar dan kepercayaan terhadap merek, bukan karena keunggulan kecerdasan buatan. Meski begitu, ia meyakini bahwa Apple sedang memanfaatkan momen ini untuk menyiapkan inovasi AI yang lebih matang, terutama dalam mengembangkan fitur Siri yang lebih cerdas dan intuitif.
Fieldhack menambahkan bahwa setelah Apple menggelar konferensi WWDC minggu ini, dirinya melihat indikasi bahwa perusahaan sedang “membeli waktu” untuk menghadirkan perubahan besar dalam iterasi Siri berikutnya. Hal ini dianggap penting untuk mempertahankan posisi Apple dalam persaingan AI, yang kini juga melibatkan perusahaan raksasa seperti Google, Meta, hingga startup AI seperti OpenAI dan Anthropic.
Jepang dan iPhone 16e Jadi Penopang Pasar Global