Munculnya Influencer Buatan AI
Untuk mengurangi risiko reputasi, beberapa perusahaan kini mulai melirik influencer buatan AI. Model ini menawarkan keunggulan berupa kontrol penuh terhadap perilaku dan narasi, tanpa kekhawatiran akan skandal atau tindakan yang tidak sesuai nilai perusahaan.
Meskipun demikian, banyak pakar menyatakan bahwa influencer manusia tetap memiliki daya tarik lebih kuat karena dianggap lebih autentik dan relatable. Seperti yang disampaikan Rahul Titus dari Ogilvy, “Orang lebih mempercayai orang lain daripada mempercayai merek.”
Masa Depan Ekonomi Kreator
Pertumbuhan profesi influencer saat ini menunjukkan arah yang jelas bahwa ekonomi kreator bukan sekadar tren sesaat. Namun demikian, arah masa depannya masih terbuka lebar, tergantung pada bagaimana platform, teknologi, dan preferensi konsumen akan berkembang.
Oliver Lewis menyimpulkan bahwa peran influencer, yang dulu dianggap terpisah dari strategi komunikasi utama perusahaan, kini telah menjadi pusat perhatian. Bahkan, banyak brand menyesuaikan keseluruhan narasi pemasaran mereka berdasarkan konten yang viral di media sosial.
Dalam dunia yang makin digital dan konsumen yang makin selektif, tampaknya para influencer—baik manusia maupun buatan—akan terus menjadi pemain kunci dalam peta pemasaran global. Dan bagi siapa pun yang punya kreativitas dan audiens setia, peluang menjadi "wajah baru" dari sebuah brand besar kini lebih terbuka lebar dari sebelumnya.