Meskipun pada akhirnya Presiden Trump mengecualikan iPhone dan beberapa produk elektronik konsumen dari daftar tarif balasan pada 11 April, tren pergeseran produksi tetap berlanjut. CEO Apple, Tim Cook, dalam pernyataannya pada awal Mei 2025, menegaskan kembali bahwa Apple berencana untuk memproduksi sebagian besar iPhone yang dijual di Amerika Serikat dari pabrik-pabrik di India.
Kendati saat ini perang tarif antara AS dan China ditangguhkan selama 90 hari berkat kesepakatan sementara di Jenewa, dampaknya tetap terasa. iPhone yang masih diimpor dari China dikenakan tarif tambahan sebesar 30%. Sebagai perbandingan, India hanya dikenakan tarif dasar sebesar 10%, menjadikannya pilihan yang lebih ekonomis bagi Apple.
Trump Belum Puas, India Belum Aman
Namun, situasi belum sepenuhnya menguntungkan. Presiden Trump kembali melontarkan ancaman baru: tarif sebesar 25% akan diberlakukan untuk semua ponsel yang dijual di AS tetapi tidak diproduksi di dalam negeri. Ini menjadi sinyal kuat bahwa meskipun Apple telah mengalihkan produksi dari China ke India, langkah itu belum cukup untuk memuaskan ambisi proteksionis pemerintah AS. Trump secara terang-terangan menuntut agar Apple memproduksi iPhone langsung di Amerika Serikat.
Di sisi lain, meski peningkatan pengiriman dari India mencerminkan ketangguhan Apple dalam beradaptasi, para analis memperkirakan bahwa pertumbuhan ini tidak akan berlangsung mulus hingga akhir tahun. Le Xuan Chiew menyebutkan bahwa kapasitas produksi India masih belum cukup untuk memenuhi seluruh permintaan pasar Amerika, yang bisa mencapai 20 juta unit per kuartal. India, katanya, baru akan mampu mengejar angka tersebut paling cepat pada tahun 2026.