Kehadiran kecerdasan buatan (AI) semakin membawa perubahan besar dalam berbagai sektor industri. Namun, salah satu ketakutan terbesar yang muncul adalah ancaman terhadap lapangan pekerjaan. Dalam beberapa tahun ke depan, AI diperkirakan akan menggantikan banyak posisi kerja, terutama yang melibatkan tugas rutin dan berulang.
Laporan terbaru dari Bloomberg Intelligence memperkirakan bahwa dalam kurun waktu 3 hingga 5 tahun mendatang, sekitar 200.000 pekerjaan di Wall Street akan hilang. Hal ini terjadi karena semakin banyak perusahaan yang mengadopsi teknologi AI untuk mengotomatisasi berbagai tugas yang sebelumnya dilakukan oleh manusia.
Survei yang dilakukan terhadap para Chief Information Technology (CIT) menunjukkan bahwa sekitar 3% dari total pekerjaan yang ada saat ini kemungkinan besar akan terpangkas akibat otomatisasi berbasis AI. Bahkan, satu dari empat responden memperkirakan bahwa sekitar 5 hingga 10% tenaga kerja di perusahaannya akan mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) dalam waktu dekat.
Pekerjaan yang Paling Berisiko Tergusur oleh AI
Tidak semua pekerjaan akan terdampak secara langsung oleh perkembangan AI, tetapi ada beberapa posisi yang sangat rentan tergantikan oleh teknologi ini. Menurut Tomasz Noetzel, seorang analis yang turut menyusun laporan tersebut, pekerjaan di bagian back office, middle office, dan operasional merupakan yang paling berisiko.
Alasannya cukup sederhana: pekerjaan di bidang tersebut umumnya bersifat repetitif dan mengikuti pola tertentu yang dapat dengan mudah diotomatisasi oleh AI. Misalnya, tugas-tugas administrasi, pemrosesan data, dan berbagai pekerjaan yang tidak membutuhkan kreativitas tinggi dapat dilakukan oleh teknologi AI dengan efisiensi lebih tinggi dan biaya lebih rendah.