Seiring dengan berjalannya waktu, makam Datuk Karama dibenahi menjadi konstruksi rumah Gadang khas Minang, dan sebagai cagar budaya, serta objek wisata religi. Sementara itu, untuk menghormati jasa-jasa Datuk Karama, Pemerintah Kota Palu menamai salah satu perguruan tinggi di Palu dengan Institut Agama Islam Negeri Datuk Karama. Tidak cuma itu, sejumlah peninggalan Datuk Karama juga hingga saat ini digunakan warga Palu, di antaranya alat musik tradisional suku Kaili, kakula. Alat musik itu sama dengan alat musik talempong di Minangkabau.
Berkat syiar Datuk Karama pula, Kota Palu kini menjadi kota dengan jumlah penganut agama Islam terbesar di Sulawesi Tengah, yaitu 99,8% dari populasi. Sisanya terdiri dari penganut agama lain seperti Kristen Protestan, Kristen Katolik, Buddha, dan Hindu.