Ketika itu, masyarakat asli Kaili masih menganut kepercayaan animisme yang disebut 'tumpuna'. Mereka belum memiliki agama satu pun. Mereka juga memercayai ada makhluk yang menunggui benda-benda keramat.
Namun, lewat pendekaran persuasif dan karismanya yang tinggi, syiar Islam Datuk Karama melalui ceramah-ceramah pada upacara-upacara adat akhirnya secara perlahan bisa diterima | Raja Kabonena, Ipue Nyidi, dan masyarakat Kaili.
Atas perjuangannya, Datuk Karama juga berhasil mengajak Ipue Nyidi beserta rakyatnya untuk masuk Islam dan di kemudian hari, Ipue Nyidi dikenang sebagai raja yang pertama masuk Islam di Palu.
Saat itu pula Datuk Karama beserta keluarga dan pengikutnya tidak lagi kembali ke tanah kelahiran mereka di Minangkabau. Mereka bertahan di Palu untuk menyebarkan agama Islam. Sampai meninggal, Datuk Karama beserta istrinya Intje Dille, dan dua anaknya, Intje Dongko dan Intje Saribanu, serta pengikutnya dimakamkan di Palu, di areal makam kelurahan Lere.