Polemik ini semakin memuncak ketika sejumlah politisi senior PPP meminta agar para elite partai mundur dari jabatan-jabatan strategis dalam organisasi partai. Mereka berpendapat bahwa pergantian kepemimpinan yang radikal diperlukan untuk menyegarkan citra partai dan mengatasi permasalahan internal yang telah lama menghantui PPP.
Dia menilai keterpurukan suara PPP adalah sebuah harga yang harus dibayar oleh para pimpinan. Sebab, elite PPP tidak memiliki kepekaan terhadap perasaan publik."Hal itu tercermin dari ketidakmampuannya mengelola konflik internal partai dengan baik. Bahkan sebagian dari elitenya memiliki kegemaran mempertontonkan konflik secara terbuka di depan publik," tutur Zainut Tauhid Sa'adi.
Reaksi dari partai sendiri pun bervariasi. Beberapa tokoh dalam partai menyatakan keprihatinan mereka terhadap kondisi partai, sementara yang lain menilai bahwa perombakan elite partai tidak akan menyelesaikan permasalahan yang lebih mendalam. Belum ada keputusan resmi dari kepemimpinan partai terkait tuntutan ini, namun tekanan dari dalam partai semakin terasa.
Sementara itu, di tengah polemik internal PPP, masyarakat pun turut menarik perhatiannya terhadap kondisi politik partai tersebut. Tidak sedikit pihak yang menyoroti bahwa kondisi PPP merupakan cerminan dari keadaan politik nasional yang kian kompleks. Faktor internal dan eksternal partai, serta dinamika politik di Indonesia turut menjadi sorotan dalam kontroversi ini.