Dilihat-lihat lagi, tapi tetap tidak percaya.
Belanda itu mencabut pistol. “Kamu pembohong!” Dan penghianat itu ditembak di depan Pak Dirman.
Makna ini mengingatkan, jangan sekali-kali kita menjadi penghianat bangsa. Baru di dunia saja sudah dihukum oleh Allah apalagi di akhirat nanti.
Kemudian, peristiwa demi peristiwa Pak Dirman dikawal oleh Pak Tjokropranolo, dan Pak Suparjo Rustam. Beliau berdua Pak Tjokropranolo dan Pak Rustam, karena saking penasarannya bertanya. Pak Dirman kadang-kadang dipanggil Pak Dhe kadang-kadang dipanggil Pak Yai. “Pak Yai, saya pingin tahu, jimatnya Pak Yai itu apa? Kita dikepung, Pak Yai tenang saja. Malah penghianat yang ditembak. Kita ditembaki, Pak Yai tenang-tenang saja.”