Wajar jika para Ahoker tidak mempermasalahkan aksi bakar lilin tunggal, sebab aksi bakar lilin tunggal tersebut sesuai dengan kepentingannya. Maka tidak mengherankan jika para Ahoker bersorak-sorai dan memviralkan aksi bakar lilin tunggal di Padang yang diduga dilakukan oleh Nurul Indra ini. Bahkan, para Ahoker pun mengecam semua pihak yang bereaksi keras atas ulah pembakar lilin tunggal tersebut.
Para Ahoker tidak mempermasalahkan jika aksi bakar lilin tunggal tersebut telah mengusik masyarakat Padang dan Minang. Dalam status yang diunggah lewat akun Facebooknya, Nurul menuliskan, “Aku tidak takut. Aku berani karena sendiri jika dengan aku sendiri saja mereka masih nafsu pengen mengintimidasi, membubarkan maka akan kuteriaki. Cemen lu beraninya keroyokan,”
Serentetan kalimat Nurul yang menganggap masyarakat Padang berjiwa pengecut ini kemudian disebarluaskan, baik lewat media sosial maupun lewat situs-situs yang dikenal sebagai pendukung militan Jokowi-Ahok. Para Ahoker dan juga pendukung Jokowi yang menyebarluaskan penghinaan Nurul tidak mau peduli jika ulah Nurul tersebut telah memprovokasi masyarakat Padang. Apalagi kemudian diketahu kalau Nurul bukan warga Padang. Dan, ia datang hanya untuk melakukan aksi bakar lilin tunggalnya. Apakah aparat keamanan tidak mencium adanya kejanggalan dalam peristiwa di Padang tersebut,
Di kesempatan lain, para pendukung Ahok melakukan aksi bakar lilin di Bandung. Menariknya, lokasi yang dipilih berdekatan dengan tempat Bobotoh Persib Bandung menggelar acaranya. Saat itulah para Ahoker yang merasa dirinya paling benar mengecam Bobotoh yang dianggapnya mengganggu acara bakar lilin yang mereka lakukan. Para Ahoker yang ini tidak mau tahu jika acara Bobotoh telah mendapat izin dan sudah direncanakan sejak lama. Sebaliknya, acara bakar lilin Ahoker tidak berizin.
Dari sekian peristiwa bakar lilin saja, apakah Jokowi belum juga mencium adanya upaya untuk memancing-mancing Indonesia ke dalam konflik horisontal? Di Yogyakarta, massa pendukung Ahok nyaris bentrok dengan warga setempat. Di Surabaya, jamaah sebuah masjid sudah menyiapkan bermeter-meter kain kafan sebagai simbol “Kami Siap Mati”. Apakah Jokowi sudah mendapat informasi ini?
Selain mengklaim sebagai pemilik sah NKRI dan ke-Indonesia-an lainnya, kelompok Ahoker juga berteriak-teriak mengusir kelompok lainnya untuk keluar dari tanah air dan hengkang ke Arab. Kalau Jokowi menyatakan untuk menghentikan aksi penolakan, perilaku para Ahoker lebih dari sekadar penolakan. Mereka sudah melakukan pengusiran terhadap warga negara Indonesia dari tanah airnya sendiri.
Indonesia beruntung, situasi yang terus memanas ini terjadi jelang bulan puasa yang jatuh pada 27 Mei 2017. Seperti tahun-tahun sebelumnya, suhu politik mereda selama bulan puasa. Tetapi, sejak hari ini sampai hari pertama puasa, potensi terjadinya bentrokan fisik cukup besar.
Potensi terjadinya konflik horisontal semakin menguat jika aparat keamanan masih memilih untuk berdiam diri atau cenderung memihak kepada salah satu kelompok. Warga Sulawesi Selatan sudah mengeluarkan ancaman akan bergerak sendiri jika Polri tidak menindakpelaku pengujatan serta penghinadinaan terhadap JK. Semalam, 17 Mei 2017, kantor redaksi The Jak digeruduk massa karena dinilai menistakan Rizieq Shihab.