TNI di bawah komando Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo pastinya tidak akan gegabah melancarkan aksi kudeta sebagaimana Jenderal As Sisi di Mesir. Gatot pastinya akan menghitung dukungan yang diberikan kepadanya, termasuk dukungan dari kalangan sipil, dan memastikan dukungan itu tetap solid pascakudeta berhasil dilancarkan.
Itulah yang menjadi pertanyaan, apakah tentara solid di bawah komando Gatot, ataukah terpecah ke dalam beberapa faksi? Sepertinya, Gatot tidak akan mengambil resiko besar untuk melancarkan kudeta militer. Gatot akan menempatkan TNI di atas relnya.
Dalam peristiwa 1998, Panglima ABRI Jenderal Wiranto tidak berani memanfaatkan “Supersemar” yang dimandatkan kepadanya. Artinya, Wiranto menghindari ABRI (TNI + Polri) dari benturan. Jadi, sangat tidak mungkin kalau Gatot melancarkan kudeta militer yang berpotensi saling berbenturnya TNI.
Kenapa militer Indonesia tidak mungkin melancarkan kudeta secara langsung? Pertanyaan ini sudah ditulis dalam Mungkinkah Militer Indonesia Kudeta? yang ditayangkan pada 21 Maret 2014.
Dari berbagai pengalaman yang terjadi, termasuk Arab Spring, militer selalu memihak kepada “arah angin”. Ketika Hosni Mubarak masih kuat, militer Mesin berbaris rapat di belakangnya, tetapi begitu gelombang masa membesar, militer Mesir berbalik dan mendukung penurunan Mubarak. Hal serupa juga terjadi di Libya dan Tunisia. Demikian pula dengan yang terjadi di Indonesia pada 1998. Militer yang awalnya kompak mendukung Soeharto mulai memihak gerakan reformasi ketika gerakan tersebut membesar. Hal ini terbukti dengan dukungan TNI AL dan TNI AU kepada gerakan reformasi sehari sebelum Soeharto menyatakan lengser.
Banyak masyarakat yang kerap mencurigai militer akan melakukan kudeta. Memang sangat wajar bila kecurigaan itu ada. Apalagi bila ada momentum bagi militer untuk melakukannya. Persoalannya, apakah dengan kondisi yang masih terkotak-kotak militer Indoneaia sanggup melancarkan kudeta?
Kudeta yang dipimpin oleh satu faksi militer pastinya akan dilawan oleh faksi lainnya. Hal ini pasti menimbulkan dampak buruk berkepanjangan bagi militer sendiri. Bagaimana tidak luka 98 saja sampai saat ini masih dirasa perih oleh perwira-perwira yang bertikai.
Militer Indonesia pastinya menyadari dampak buruknya. Karenanya, militer Indonesia tidak akan lagi turun tangan secara langsung dalam konflik politik. Militer Indonesia akan memosisikan dirinya seperti pada peristiwa 2001.
Dengan demikian, terlepas dari benar tidaknya ada rencana kudeta yang akan dilancarkan militer, patut dipertanyakan, apakah investigasi Nairn bersumber dari internal intelijen Indonesia ataukah dari media online?
Sumber ilustrasiL Shutterstock