Tidak perlu dituliskan lagi dalam artikel ini tentang kemiripan pola antara PKI dengan Ahoker. Tetapi, hanya perlu ditegaskan bahwa kemiripan pola tersebut sama sekali tidak ada kaitannya dengan agama..
Sama seperti PKI, Ahoker yang menghujat Islam beserta ulamanya pun diketahui beragama Islam. Sebaliknya, Islam dan pemeluknya pun tidak hanya dibela oleh umat Islam, tetapi juga oleh umat beragama lainnya. Maka jelas, penghinaan Ahoker yang mirip dengan pola PKI tersebut tidak terkait dengan persoalan agama.
PKI Memanfaatkan Kharisma Soekarno, Ahoker Menggantungkan Diri pada Jokowi
PKI tahu persis tidak seorang pun tokoh nasional yang mampu menyaingi kharisma Soekarno. PKI pun kemudian mendompleng Soekarno. Sebaliknya, Soekarno memanfaatkan PKI untuk mengimbangi pengaruh Angkatan Darat. Dengan mendompeng pengaruh Soekarno, PKI berhasil meraih dukungan rakyat.
Ahoker pun demikian, Ahoker memanfaatkan Jokowi Effeck untuk mendongkrak elektabilitas Ahok. Dengan sistem yang rapih, Ahoker mengkampanyekan slogan “Dwitunggal Jokowi-Ahok” lewat sejumlah media, khususnya media sosial. Bahkan, lewat media sosial, Ahoker mengatakan bahwa kemenangan Ahok akan menyelamatkan pemerintahan Jokowi.
Sampai Kapan Angin Terus Ditebar?
Ahoker kerap kali mempropagandakan seolah kelompoknya sebagai pemilik sah NKRI, Pancasila, dan perawat kebhinnekaan. Sebaliknya, para Ahoker memposisikan kelompok lawannya sebagai anti-NKRI, anti-Pancasila, anti-Bhinneka Tunggal Ika, dan anti-Indonesia.
Menariknya, di saat yang bersamaan, Ahoker pun memposisikan TNI sebagai lawannya. Dari media sosial bisa didapat berbagai cacian makian dan hinaaan yang dilontarkan Ahoker kepada TNI. Artinya, bagi Ahoker, TNI pun bukan pemilik sah dari NKRI, Pancasila, dan ke-Indonesiaan lainnya.
Dengan diposisikannya TNI sebagai kelompok yang sama dengan penentang Ahok, maka sangat wajar jika TNI kemudian menunjukan pembelaan kepada kelompok penentang Ahok tersebut. TNI pastinya gerah melihat rakyat Indonesia kerak kali mendapat lontaran hina dina dari kelompok yang mengaku-ngaku sebagai pemlik sah NKRI.
Demikian juga sebaliknya, rakyat pastinya tidak akan terima menyaksikan TNI dan sejumlah purnawirawan terus menerus difitnah dan drendahkan dengan sedemikan kejinya oleh Ahoker yang mengaku-ngaku sebagai pemilik sah NKRI.
Ungkapan ketersinggungan Gatot dalam talk show Rosi atas tuduhan adanya makar dalam aksi demonstrasi yang digelar rakyat merupakan wujud dari menyatunya rakyat dan TNI dalam menghadapi serangan yang ditujukan kepada bangsa ini. Dari pernyataannya, Gatot seolah ingin menegaskan kalau TNI juga merasakan apa yang sedang dialami oleh rakyak Indonesia.
Sekarang pertanyaannya, sampai kapan rakyat kesabarannya? Apa yang terjadi kalau kesabaran tersebut sudah sampai batasnya? Dan satu yang pasti, siapa menebar angin akan menuai badai. Apakah pemerintah Jokowi siap dengan badai yang ditebar oleh Ahoker yang rerata pendukungnya.
Catatan:
Jika membaca berbagai literatur tentang PKI, sebenarnya masih ada satu lagi kemiripan pola antara PKI dengan Ahoker. Hanya saja, karena satu alasan, kemiripan pola tersebut tidak dituliskan.