Oleh para Ahoker, TNI selalu dicurigai berencana makar hanya karena Jokowi yang berasal dari sipil. Kecurigaan yang sama sekali tidak beralasan dan tidak disertai logika ini begtu tertanam di benak para Ahoker. Sehingga hanya karena kesamaan warna peci yang dipakainya sama dengan warna peci yang dipakai peserta Aksi 212, Panglima TNI pun diposisikan sebagai penentang Jokowi. Sikap Ahoker ini mirip dengan PKI yang mencurigai menjadi alat untuk menindas PKI.
Antara Rakyat Pro-Koruptor dan Tujuh Setan Desa
Kemarin, Selasa 9 Mai 2017, Ahok dijatuhi hukuman penjara 2 tahun atas dakwaan menistakan agama. Atas jatuhnya vonis tersebut, para Ahoker pun melontarkan kekesalannya. Mereka menyebut Ahok sebagai orang yang bersih dan tidak layak menjalani hukuman. Sebaliknya, Para pendukung Ahok pun menuding lawan-lawan Ahok sebagai pro-koruptor, bodoh, radikal, teroris, dan lain sebagainya.
Sebutan negatif kepada penentang Ahok sudah berlangsung sejak awal 2015. Ketika itu para Ahoker menstempel penentang Ahok sebagai pro koruptor, pro kekumuhan, orang-orang bodoh, dan stempel-stemple buruk lainnya. Klaim sebagai kelompok paling bersih, sebaliknya menuding penentangnya sangat kotor ini pernah dilancarkan oleh PKI pada 1965.
Saat memperingati HUT PKI yang digelar pada 23 Mei 1965, D.N. Aidit, ideolog PKI, menyeru kader-kadernya untuk meningkatkan sikap revolusioner. Dalam perayaan tersebut, PKI meneriakkan kebencian kepada lawan-lawan politiknya yang dianggap koruptor dengan slogan “Tujuh Setan Desa”.
Tidak ubahnya seperti seruan penuh kebencian yang dilontarkan oleh PKI yang membuat lawan-lawan politinya berang, kebencian yang dialamatkan pendukung Ahok pun memicu kemarahan bagi penentangnya.
Lucunya, para Ahoker itu menutup mata dengan sederetan dugaan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh Ahok, mulai dari kasus pembelian lahan Rumah Sakit Sumber Waras, kasus reklamasi, pembelian lahan di Cengkareng, sampai kasus korupsi pengadaan e-KTP. Sama seperti PKI, para Ahoker menklaim kelompoknya bersih dari kasus korupsi. Dan sama seperti PKI, Ahoker menyebut lawan politiknya koruptor.
Seperti PKI, Ahoker pun Mengklaim Sebagai Nasionalis, Pancasilais, dan Demokratis
Saat mengajukan konsep “Jalan Baru”, Aidit menyatakan bahwaPKI berjuang melalui garis kelembagaan negara, menggunakan jalan damai dan demokratis. Aidit juga mempropagandakan PKI sebagai partai nasionalis, anti kolonialis, bersimpati terhadap agama, bertangung jawab, menentang jalan kekerasan dan pembela demokrasi, Selain itu, PKI pun diposisikannya sebagai pembela Pancasila dan rakyat kecil alias wong cilik.
Pola ini mirip dengan yang dipraktekan oleh Ahoker. Ahoker mengklaim kelompoknya sebagai pembela NKRI dan pendukung setia Pancasila. Tidak jarang para Ahoker pun mengopinikan Ahok sebagai gubernur yang bekerja untuk rakyatnya.
Kemiripan antara Ahoker dengan PKI ini bukan hanya dalam soal klaim, tetapi juga dalam memposisikan lawan-lawannya. Lewat “Aidit Membela Pantjasila” yang ditulis oleh Aidit, PKI menyatakan akan melawan kelompok-kelompok yang dianggapnya mempreteli Pancasila.Sama seperti PKI, Ahoker mempropagandakan penentangnya sebagai anti-NKRI,anti-Pancasila, anti-Bhineka Tunggal Ika, dan sebutan-sebutan buruk lainnya.
Dan tidak ubahnya dengan PKI yang mempropagandakan partainya menggunakan jalan damai, para Ahoker pun demikian. Sebaliknya, para Ahoker menuding penentangnya sebagai kelompok radikal, brutal, kasar, teroris, dan lain sebagainya.
PKI dan Ahoker Memilih Berhadapan dengan Umat Islam