Hal yang menarik, Aidit menyatakan, bukan karena namanya partai komunis, kalau tidak revolusioner. Apapun itu jika tidak memiliki visi yang jauh ke depan, termasuk out of date. Jadi PKI bisa saja bermetamorfosis menjadi partai lain, asal memiliki revolusioner untuk merubah sesuatu yang stagnan, dengan tujuan masyarakat tanpa kelas.
Jadi walaupun Aidit membuat buku tentang pancasila, mendukung ketuhanan yang maha esa, tetapi dalam prilaku politiknya bertolak belakang. Sebuah kamuflase yang berhasil, PKI hampir berkuasa di Indonesia, jika saja TNI tidak turun tangan menangani permasalahan PKI, mungkin saja Indonesia menjadi negara komunis. TNI saat itu dibawah Mayjen Soeharto berhasil membuat semua aturan-aturan yang dibuat oleh Soekarno sebagai presiden, bisa dilibas, dengan kekuasaan Supersemar (Surat Perintah 11 Maret). Soharto dengan Supersemar berhasil mengambil langkah strategis untuk membasmi PKI, yang berpura-pura mendukung Pancasila, tetapi ternyata hanya tipuan belaka. Karena pada saat itu, PKI menangkap para ulama-ulama, dan memberikan pengaruh bahwa agama itu tidak boleh mempengaruhi negara. PKI memposisikan Pancasila diatas Agama, sehingga ajaran-ajaran agama harus ditumpas.
"Agama adalah Candu...maka Revolusi Mental tak akan pernah Berhasil bila Rakyat Tak dijauhkan Dari Agama", ucap DN Aidit.
Jadi kesimpulannya, apapun nama partai, tidak perlu nama "Komunis", hanya untuk menjauhkan agama dari kehidupan bernegara. Bisa jadi awalnya dengan memposisikan Pancasila diatas Agama. Pancasila sebagai pedoman hidup, bukan lagi sebagai dasar negara. Sehingga bisa menjauhkan agama dari kehidupan bernegara.