Pemilihan umum Presiden Amerika Serikat (Pilpres AS) telah menjadi topik panas dan penuh kontroversi. Joe Biden dan Donald Trump telah resmi menjadi kandidat utama untuk bertarung kembali di Pilpres AS pada November mendatang. Namun, situasi politik AS saat ini menunjukkan bahwa tidak banyak pemilih yang antusias untuk mengulangi suasana pemilu 2020 lalu yang penuh gejolak.
Sejak pertarungan sengit di Pilpres AS 2020, baik Biden maupun Trump telah kehilangan popularitas di kalangan mayoritas pemilih. Para pemilih merasa kecewa dengan ketidakstabilan politik dan polarisasi yang terus bertambah saat kepemimpinan keduanya. Bahkan, beberapa pemilih menilai bahwa mereka tidak memiliki alternatif yang menarik di antara kedua kandidat tersebut.
Selain itu, Donald Trump, sebagai mantan presiden, masih menghadapi berbagai dakwaan kriminal yang dapat membahayakan posisinya di kalangan pemilih pinggiran kota. Meskipun ia memiliki basis penggemar yang kuat, kehadiran isu-isu hukum yang menyeret namanya telah membuat sebagian pemilih ragu untuk memberikan dukungan padanya kembali.
Di sisi lain, Joe Biden, yang saat ini menjabat sebagai presiden, mulai menerima keraguan dari sebagian pemilih karena dianggap terlalu tua untuk memerintah negara. Selain itu, kebijakan-kebijakannya juga tidak sepenuhnya memuaskan banyak kalangan. Meskipun berhasil mengamankan kemenangan pada tahun 2020, kinerja administrasi Biden yang dinilai lamban dalam menangani sejumlah isu internal dan eksternal membuat sebagian pemilih merasa kecewa.
