Dewa Ruci bisa dimaknai sebagai hati nurani Bima sendiri. Di situ digambarkan Bima yang tengah berdialog dengan nuraninya sendiri. Pada saat itulah Bima menyadari kesalahan-kesalahannya Bima sadar jika pencariannya akan air kehidupan tanpa terlebih dulu memikirkan risiko yang bakal dihadapinya.
Sebagaimana Bima, Jokowi pun seharusnya berdialog dengan nuraninya yang dilandasi kejernihan akal sebelum mengambil keputusan. Masuklah ke dalam nurani, sebagaimana Bima yang memasuki raga Dewa Ruci.
Pertanyaannya, beranikah Jokowi membunuh “ular” yang membuatnya dalam situasi serbasulit ini. Ular sebagai simbol dari kejahatan. Bima yang membunuh ular di Samudra tersebut menggambarkan bahwa dalam pencarian untuk mendapatkan kenyataan sejati, terlebih dulu harus juga menghilangkan kejahatan di dalam hatinya.
Sumber Serat Dewa Ruci: http://www.karatonsurakarta.com/dewaruci.html