Tampang

Berharap Jokowi Menghayati Lakon Dewa Ruci

24 Jul 2017 11:15 wib. 2.911
0 0
dewa ruci

“Aja sira lunga, yen tan weruh ingkang pinaran,” nasihat sosok kecil yang menyerupai Bima. Jangan pergi bila belum jelas maksudnya, begitu katanya.

Kemudian sosok kecil itu melanjutkan, “Jangan makan bila belum tahu rasa yang dimakan. Janganlah berpakaian bila belum tahu nama pakaianmu. Kau bisa tahu dari bertanya. Dan, dengan meniru juga. Salam hidup, ada orang bodoh dari gunung yang membeli emas, oleh tukang emas diberi kertas kuning. Kertas itu dikiranya sebagai emas mulia. Demikian pula orang berguru, bila belum paham, akan tempat yang harus disembah".

Intinya jangan mengambil keputusan, apalagi keputusan yang bersifat strategis tanpa terlebih dulu memikirkannya dalam-dalam, mencari tahu akibat yang ditumbulkannya, manfaat-mudharatnya, halal-haramnya.

Dewa Ruci bisa dimaknai sebagai hati nurani Bima sendiri. Di situ digambarkan Bima yang tengah berdialog dengan nuraninya sendiri. Pada saat itulah Bima menyadari kesalahan-kesalahannya Bima sadar jika pencariannya akan air kehidupan tanpa terlebih dulu memikirkan risiko yang bakal dihadapinya.

Sebagaimana Bima, Jokowi pun seharusnya berdialog dengan nuraninya yang dilandasi kejernihan akal sebelum mengambil keputusan. Masuklah ke dalam nurani, sebagaimana Bima yang memasuki raga Dewa Ruci.

Pertanyaannya, beranikah Jokowi membunuh “ular” yang membuatnya dalam situasi serbasulit ini. Ular sebagai simbol dari kejahatan. Bima yang membunuh ular di Samudra tersebut menggambarkan bahwa dalam pencarian untuk mendapatkan kenyataan sejati, terlebih dulu harus juga menghilangkan kejahatan di dalam hatinya.

Sumber Serat Dewa Ruci: http://www.karatonsurakarta.com/dewaruci.html

<123>

0 Komentar

Belum ada komentar di artikel ini, jadilah yang pertama untuk memberikan komentar.

BERITA TERKAIT

BACA BERITA LAINNYA

POLLING

Apakah Indonesia Menuju Indonesia Emas atau Cemas? Dengan program pendidikan rakyat seperti sekarang.