Ternyata, kedua raksasa itu jelmaan Bhatara Indra dan Bhatara Bayu. Melalui suara batin, Bima mendengar kedua dewa itu berkata bila Durna telah berdusta. Tirta kehidupan itu tidak berada di Candramuka.
"Wahai cucuku yang sedang bersedih. Engkau mencari air kehidupan dan tidak menemukannya. Karena engkau tidak mendapat bimbingan yang nyata, tentang tempat benda yang kau cari itu. Sungguh menderita dirimu," kata suara batin yang didengar Bima.
Baik Jokowi maupun Bima sudah mendapatkan gambaran tentang situasi yang dihadapinya. Jokowi tahu bila penetapan sikap pemerintah atas berbagai persoalan akan berdampak buruk pada dirinya dan pemerintahannya. Sedang Bima tahu jika pencarian air kehidupan dapat membahayakan jiwanya. Yang menarik adalah kemunculan orang-orang terdekat Bima dan Jokowi di tengah-tengah situasi sulit yang dihadapi keduanya.
Ketika menerjunkan dirinya ke dalam Samudra, Bima melihat ada ular besar. Ular ini berwajah liar dan ganas, bisanya sangat mematikan, mulutnya bagai gua, taringnya tajam bercahaya.
Terjadilah pertarungan antara Bima dengan ular. Sang naga melilit Bima sampai hanya tertinggal lehernya, menyemburkan bisa bagai air hujan. Bima yang tidak berdaya mengira ia akan mati. Tapi, ia teringat dengan kuku Pancanaka yang dimilikinya, Bima menancapkan kuku sakti itu di badan ular. Darah memancar deras. Ular besar itu mati.
Pertempuran melawan naga itu membuat Bima yang perkasa hampir kehabisan tenaga. Ia diombang-ambingkan oleh gelombang samudra yang besar. Berulang kali dibenturkan ke batu karang yang keras dan tajam. Putra kedua Pandawa ini semakin terpuruk dan mendekati ajalnya.
Jauh di Astina, Prabu Duryudana bersama para Kurawa bersukacita membayangkan kematian Bima. Kematian Bima merupakan kemenangan Kurawa sebelum Baratayudha dimulai. Kemenangan dalam Baratayudha artinya kekuasaan akan tetap dalam genggaman Kurawa bersaudara.
Nasib Jokowi pun hampir sama dengan Bima. Ia diombang-ambing gelombang konflik kepentingan. Tidak hanya itu, dalam berbagai persoalan, Jokowi berbenturan dengan pendukungnya sendiri.
Di ambang batas kesadarannya, Bima melihat kemunculan cahaya yang benderang. Cahaya benderang itu kemudian mewujud menjadi sosok kecil yang sama persis wujudnya dengan Bima. Kemudian terjadilah dialog antara Bima yang sedang sekarat dengan sosok kecil yang menyerupainya.