Musik tradisional telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas suatu bangsa. Di tengah kompleksitas masyarakat yang multikultural, lagu daerah memainkan peran penting dalam membangun rasa persatuan dan kesatuan. Ketika berbicara tentang lagu etnis, kita tidak hanya membicarakan melodi dan lirik, tetapi juga bagaimana elemen tersebut berfungsi dalam konteks politik budaya dan identitas kolektif.
Dalam sejarah, banyak lagu tradisional yang mengandung pesan moral, sejarah, atau cerita yang mampu menyatukan individu dalam suatu komunitas. Lagu daerah tidak hanya berfungsi sebagai sarana hiburan, tetapi juga sebagai alat untuk menyampaikan nilai-nilai budaya yang mendalam. Melalui liriknya, pendengar dapat diajak untuk memahami dan menghargai kekayaan budaya yang ada di sekeliling mereka. Hal ini menjadi sangat relevan dalam konteks politik identitas, di mana berbagai kelompok etnis berjuang untuk mengakui hak dan pengakuan atas identitas mereka.
Politik budaya menjadi arena di mana ekspresi seni, termasuk musik, berperan penting. Saat kelompok etnis mempertahankan lagu-lagu tradisional mereka, mereka juga memperkuat posisi mereka dalam perdebatan politik identitas. Lagu-lagu ini sering kali menjadi simbol perlawanan terhadap homogenisasi budaya yang sering terjadi dalam masyarakat yang terus berubah. Misalnya, di Indonesia, negara dengan lebih dari 300 suku dan ribuan bahasa, keberagaman musik tradisional mencerminkan keragaman identitas. Lagu daerah seperti "Bubuy Bulan" dari Jawa Barat atau "Rasa Sayange" dari Maluku adalah contoh bagaimana musik dapat berfungsi sebagai perangkat politik untuk memperjuangkan pengakuan dan kebanggaan etnis.