Pada pukul 11.45 WIB tanggal,18 Agustus 2010, Bank CIMB Niaga Cabang Medan Aksara, Jl AR Hakim, Medan, Sumatera Utara, disatroni kawanan perampok yang diberitakan berjumlah 16 orang.
Dalam peristiwa yang berlangsung dalam beberapa menit tersebut satu anggota Brimob bernama Manuel Simanjuntak tewas di tempat. Sementara dua petugas satpam M Fahmi dan Muh Diantoro kritis dan dilarikan ke rumah sakit.
Dari foto-foto yang beredar, nampak sejumlah pelaku berjaga-jaga di depan lokasi dengan memegang senjata laras panjang. Foto-foto itu diambil oleh warga yang berada di sekitar TKP. Sama seperti perekam video aksi teroris pada peristiwa Bom Bali 2 yang terjadi pada 1 Oktober 2005, pemotret perampokan di CIMB Medan pun tidak diketahui identitasnya.
Menariknya, meski berbekal senjata laras panjang, pelaku memilih sepeda motor berjenis bebek dan matik sebagai tunggangan dalam melancarkan aksinya.
Artinya, sepanjang perjalanan menuju dan kembali dari TKP dan selama berada di sekitar lokasi perampokan, kawanan perampok ini menarik perhatian masyarakat yang kebetulan menyaksikannya.
Perampokan yang terjadi di Bank CIMB Medan menjadi sorotan bukan saja lantaran korbannnya adalah sebuah bank yang terbilang jarang terjadi, tetapi juga karena telah menimbulkan kontroversi di kalangan petinggi Polri mengenai “status” pelakunya.
Ada petinggi Polri yang menyebut aksi perampokan di Bank CIMB Medan sebagai aksi terorisme dan dilakukan oleh kelompok teroris. Dengan begitu, kasus ini menjadi wewenang Densus 88 untuk mengusutnya.
Sebaliknya, sebagian lagi berpendapat jika aksi perampokan tersebut dilakukan oleh kawanan perampok yang tidak terkait kelompok teroris. Jika demikian, maka kasus ini menjadi wewenang Polda Sumut.
Kontroversi ini terus berlanjut sampai pada sore hari tanggal 20 September 2010. Ketika itu, Densus 88 menggerebek dan menangkap pelaku perampokan CIMB Medan yang ternyata tergabung dalam kelompok jaringan teroris Aceh.
Ketika itu, Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri menegaskan jika kasus perampokan Bank CIMB Niaga Medan bukan hanya kejahatan kriminal biasa, melainkan terkait dalam kasus terorisme.
"Para pelaku perampokan itu mencari dana dengan tujuan untuk membantu kegiatan terorisme," kata Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri kepada wartawan di Mapolda Sumut di Medan pada malam hari setelah penggerebekan berlangsung (Antaranews.com)
Penegasan Kapolri ini dikuatkan dengan terjadinya penyerangan bersenjata atas Mapolsek Hamparan Perak, Deli Serdang pada 22 September 2010. Dalam penyerangan yang terjadi pada sekitar pukul 00.30 tersebut tiga anggota kepolisian tewas.