Sekolah dan orang tua sering kesulitan melacak dan menghentikan perundungan siber karena terjadi di luar lingkungan sekolah. Kurangnya literasi digital pada orang tua dan sistem yang belum siap untuk menghadapi ancaman ini membuat korban perundungan siber sering merasa sendirian dan tidak memiliki tempat untuk mengadu. Perundungan siber tidak mengenal batas jam sekolah, menjadikannya ancaman 24/7 bagi para korban.
Akar Masalah dari Lingkungan Sosial dan Keluarga
Perundungan di sekolah seringkali hanyalah gejala dari masalah yang lebih dalam, yang berakar dari lingkungan sosial dan keluarga. Anak-anak yang tumbuh di lingkungan penuh kekerasan atau kurang kasih sayang, atau yang memiliki masalah mental seperti depresi, mungkin melampiaskan frustrasi mereka dengan merundung orang lain. Mereka meniru pola perilaku yang mereka lihat di rumah atau di lingkungan sekitar.
Faktor-faktor seperti perbedaan status sosial-ekonomi, ras, atau fisik juga sering menjadi pemicu perundungan. Remaja yang merasa tidak aman dengan identitasnya atau yang merasa berbeda mungkin akan menjadi pelaku atau korban perundungan. Mengatasi perundungan di sekolah tidak bisa hanya dengan melihat kasus per kasus, tetapi harus dengan melihat masalah secara menyeluruh dan memberikan intervensi dari tingkat keluarga dan komunitas.