Di bawah kaki kita, tersimpan sebuah harta karun cair yang sering terlupakan: air tanah. Ini bukan sekadar air biasa; ini adalah salah satu sumber daya alam paling vital bagi kehidupan di Bumi, menyokong ekosistem, pertanian, dan pasokan air minum bagi miliaran orang. Meski tidak terlihat seperti sungai atau danau, air tanah membentuk reservoir raksasa yang pergerakan dan keberadaannya memengaruhi banyak aspek lingkungan serta kehidupan manusia. Memahami air tanah berarti memahami sebagian besar siklus air planet kita.
Perjalanan Air di Bawah Tanah
Bagaimana air bisa sampai di bawah tanah? Prosesnya dimulai ketika hujan atau lelehan salju jatuh ke permukaan. Sebagian air ini mengalir di permukaan sebagai aliran air, sebagian menguap kembali ke atmosfer, dan sisanya meresap ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori. Air yang meresap ini terus bergerak ke bawah karena gravitasi, mengisi ruang-ruang kosong di antara partikel tanah dan batuan.
Ketika air mencapai lapisan batuan atau tanah yang kedap air (disebut akuiklud atau lapisan pembatas), air akan terakumulasi di atasnya, membentuk sebuah lapisan jenuh yang disebut akuifer. Akuifer inilah yang menjadi wadah bagi air tanah. Akuifer bisa berupa pasir, kerikil, batuan pecah-pecah, atau batuan kapur. Kecepatan dan arah aliran air tanah di akuifer sangat dipengaruhi oleh porositas (ruang kosong dalam material) dan permeabilitas (kemampuan material untuk dilewati air) batuan atau tanah. Air tanah ini kemudian bisa mengalir secara perlahan menuju sungai, danau, atau laut, atau bisa juga keluar ke permukaan melalui mata air.