Tampang.com | Kenaikan tarif transportasi publik kembali terjadi di sejumlah kota besar Indonesia. Di Jabodetabek, tarif KRL, TransJakarta, dan LRT mengalami penyesuaian harga dengan dalih efisiensi dan penyesuaian biaya operasional. Namun di lapangan, masyarakat justru kian tercekik, terutama kalangan pekerja harian dan pelajar.
Tarif Naik, Penghasilan Tetap
Warga seperti Dian, pekerja swasta di Jakarta Timur, mengeluhkan pengeluaran transportasi yang kini memakan 20–30 persen dari total gajinya. “Gaji saya nggak naik, tapi tarif terus naik. Lama-lama saya harus pilih antara makan atau ongkos,” ujarnya.
Dalih Subsidi Kurang, Tapi Transparansi Minim
Pemerintah daerah menyebut kenaikan tarif disebabkan oleh berkurangnya subsidi operasional dari pusat. Namun publik mempertanyakan transparansi pengelolaan anggaran dan efektivitas layanan yang diberikan.