Medan Sipil Tak Sama dengan Medan Tempur
Ranah sipil mengandalkan fleksibilitas, keterbukaan, dan empati, sementara militer dibentuk untuk ketaatan, struktur hierarkis, dan ketegasan mutlak. Saat nilai-nilai militer ini dibawa ke ruang sipil—baik di kantor pemerintahan, sekolah, maupun organisasi kemasyarakatan—yang terbentuk bukanlah efisiensi, melainkan budaya otoriter yang kering dari partisipasi publik.
Anak-anak muda yang seharusnya tumbuh dalam lingkungan yang memupuk daya pikir kritis dan kreativitas, kini justru dijejali model pendidikan yang menyeragamkan. Program pendidikan karakter ala militer mungkin efektif menimbulkan rasa takut dan patuh, tetapi tak menjamin munculnya pribadi yang mandiri dan berpikir bebas.
Ormas Bergaya Militer: Ancaman Nyata di Jalanan
Masalah tak berhenti di institusi resmi. Kini, kita juga menyaksikan tumbuhnya ormas-ormas sipil yang meniru gaya militer—lengkap dengan seragam loreng, aba-aba komando, bahkan tindakan intimidatif di lapangan. Dalam banyak kasus, mereka lebih agresif daripada aparat resmi.
Ini bukan hanya gangguan kecil. Ormas semacam ini mengikis batas antara sipil dan militer, menebar ketakutan di ruang publik, dan secara perlahan mendorong praktik kekuasaan tanpa legitimasi hukum.