Meskipun dikelilingi oleh penderitaan, semangat perlawanan tetap berkobar di antara para Tapol. Beberapa di antara mereka mencoba untuk mengorganisir diri, melakukan perlawanan dengan cara-cara yang harfiah atau simbolis. Salah satu bentuk perlawanan yang dilakukan adalah dengan seni, dimana mereka menciptakan puisi dan lagu untuk menggambarkan kesedihan dan harapan akan kebebasan.
Hubungan antar sesama Tapol di Pulau Buru juga menjadi salah satu cara untuk menjaga semangat perjuangan. Mereka saling mendukung satu sama lain dan berbagi cerita tentang kehidupan sebelum pembuangan mereka. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun terpisah dari dunia luar, komunitas di Pulau Buru tetap memiliki ikatan sosial yang kuat.
Seiring berjalannya waktu, Pulau Buru mulai diperkenalkan kepada publik sebagai tempat wisata yang memiliki keindahan alamnya tersendiri. Namun, pengenalan ini tidak lekang dari sejarah gelap yang menyertainya. Pulau Buru kini bukan hanya dianggap sebagai lokasi pariwisata, tetapi juga sebagai simbol perlawanan dan kebangkitan dari sejarah kelam masa lalu. Terdapat upaya-upaya untuk mengingat dan memperingati para Tapol yang mengalami penderitaan di pulau ini.