Dalam konteks yang lebih besar, isu mengenai penerima beasiswa yang tidak kembali ke Tanah Air setelah menempuh pendidikan juga tak henti-hentinya menjadi topik perdebatan. Banyak diterima bahwa banyak lulusan LPDP yang memilih untuk menetap di luar negeri, berkontribusi pada negara asing alih-alih kembali ke Indonesia. Fenomena ini semakin memperdalam diskusi mengenai tanggung jawab sosial dan komitmen moral para awardee untuk memberikan kembali kepada negara yang telah membantu biaya pendidikan mereka. Hal ini mencerminkan bahwa dalam menjawab tantangan di dunia globalisasi yang semakin kompetitif, pembentukan karakter dan kesadaran akan tanggung jawab terhadap negeri harus ditanamkan sejak dini.
Sandiaga juga berharap agar generasi muda dan pelajar di Indonesia lebih berpikir kritis tentang kelebihan dan kekurangan dari program beasiswa seperti LPDP. Di satu sisi, beasiswa semacam ini menghadirkan peluang emas bagi mahasiswa untuk menerima pendidikan berkualitas di luar negeri, tapi di sisi lain, ada tanggung jawab besar yang membebani mereka untuk kembali dan berkontribusi untuk kemajuan nasional. Inilah tantangan yang perlu dihadapi para penerima beasiswa dan mereka yang mempertimbangkan untuk mendaftar ke LPDP.
Bagi banyak orang tua yang mendengar pernyataan Sandiaga, ini bisa menjadi sebuah refleksi tentang bagaimana pendidikan tidak hanya menjadi sarana untuk mencapai kesuksesan pribadi, tetapi juga menjadi bagian dari tanggung jawab sosial mereka. Melalui pengalaman ini, Sandiaga menunjukkan kepada masyarakat bahwa kebijakan pendidikan harus diimbangi dengan pertimbangan moral, etika, dan nilai-nilai masyarakat. Pesan yang disampaikan sangatlah jelas: pendidikan harus menjadi alat pemberdayaan, bukan hanya untuk individu, tetapi juga untuk bangsa secara keseluruhan.
Pernyataan Sandiaga Uno dan larangannya kepada anaknya untuk mengambil beasiswa LPDP membuka diskusi yang lebih luas tentang nilai pendidikan, tanggung jawab sosial, dan keadilan akses pendidikan di Indonesia. Kita tidak hanya diajak untuk memikirkan tentang kesempatan pendidikan bagi anak-anak kita sendiri, tetapi juga untuk menilai kembali peran kita dalam menciptakan lingkungan sosial yang lebih adil dan setara untuk generasi mendatang. Seperti yang kita lihat, masalah ini tidak hanya berkaitan dengan individu, tetapi juga melibatkan seluruh masyarakat dan negara dalam menciptakan masa depan yang lebih baik.